Hadits Lebih Baik Diam Ini Ternyata Penting, Simak Lengkapnya

img

hadits lebih baik diam

Pernah nggak sih lo nyesel ngomong sesuatu pas lagi emosi, trus pas malam-malam lo guling-guling di kasur sambil nyesel: “Waduh, tadi pagi mending gue diam aja!”? Nah, itu namanya lo baru aja ngerasain kebenaran dari hadits lebih baik diam secara langsung! Karena dalam Islam, diam bukan tanda lemah—tapi tanda kendali diri. Bahkan Nabi ﷺ pernah bilang: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” Ini bukan hadis buat orang pendiem, tapi buat semua orang yang mau jaga lisan dari dosa. Dan di zaman sekarang, di mana semua orang pengen jadi komentator TikTok, hadits lebih baik diam tuh kayak obat penenang buat lidah yang kebanyakan micin!

Asal-Usul dan Sanad Shahih Hadits Lebih Baik Diam dalam Literatur Islam Klasik

Hadits lebih baik diam yang paling terkenal diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” Sanadnya mutawatir—artinya sangat kuat dan nggak diragukan lagi. Dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi menempatkan hadis ini di bab “Menjaga Lisan”, karena lidah itu kayak pedang—kalo nggak dijagain, bisa bunuh reputasi, hubungan, bahkan akhirat! Di pesantren dulu, kiai bilang: “Lidahmu itu kuncimu—kalo sembarangan dibuka, pintu neraka bisa kebuka.” Jadi, hadits lebih baik diam tuh bukan ajakan jadi manusia mute, tapi ajakan jadi manusia yang penuh pertimbangan.


Makna Mendalam di Balik Hadits Lebih Baik Diam Menurut Perspektif Tasawuf

Dalam dunia tasawuf, hadits lebih baik diam dianggap sebagai gerbang pertama menuju penyucian jiwa. Para sufi macam Syekh Abdul Qadir Jailani bilang: “Diam itu ibadah yang paling ringan tapi paling berat dijalani.” Kenapa? Karena diam itu ujian kesabaran, ujian nafsu, dan ujian kepercayaan pada Allah. Kalo lo bisa diam pas difitnah, itu bukti iman lo kuat. Kalo lo bisa diam pas lo tau rahasia orang, itu bukti akhlak lo mulia. Di Jawa, ada pepatah: “Witing ati kuwi ing lathi”—isi hati itu di lidah. Jadi, kalo lidah lo dijagain, hati lo otomatis bersih. Nah, ini makna sejati dari hadits lebih baik diam: diam bukan kosong, tapi penuh kontemplasi.


Relevansi Hadits Lebih Baik Diam di Era Media Sosial yang Penuh Ujaran Kebencian

Zaman sekarang, orang gampang banget ngetik “bloon” ke mantan, atau nyinyirin orang di kolom komentar. Nah, di sinilah hadits lebih baik diam jadi tameng spiritual. Bayangin kalo tiap kali lo mau ngetik sesuatu, lo inget hadis: “Kebanyakan dosa anak Adam ada pada lisannya.” Mungkin lo bakal mikir dua kali sebelum nge-mention orang buat debat. Di Betawi, nenek-nenek dulu bilang: “Jangan suka nyolot, nanti lidahnya kering di akhirat!” Lucu, tapi nyindir! Karena inti dari hadits lebih baik diam itu: kalo nggak bisa bermanfaat, mending lo diem—biar pahala lo nggak ilang gegara ngomong nggak jelas.


Perbandingan Antara Hadits Lebih Baik Diam dan Ajaran Budaya Lokal Nusantara

Di banyak daerah Indonesia, nilai “diam itu emas” udah mendarah daging. Di Sunda, ada ungkapan: “Ngomong teh mahal, diam teh gratis—tapi hasilna bisa langgeng.” Di Minang, ada pepatah: “Carito indak baso, baso indak carito”—yang beneran baik nggak perlu banyak omong. Ini selaras banget sama hadits lebih baik diam yang mengajarkan bahwa kebaikan sejati nggak butuh pengumuman. Bahkan dalam budaya Jawa, diam dianggap tanda wibawa—bukan tanda bodoh. Jadi, hadits lebih baik diam bukan cuma ajaran Arab, tapi juga nyatu sama nilai lokal Nusantara yang menghargai kesantunan dan kebijaksanaan.


Tabel Perbandingan: Akibat Bicara Sembarangan vs Diam Karena Iman

Biar makin jelas, ini kami sajikan perbandingan antara dua pilihan hidup—ngomong asal dan diam karena iman:

SituasiBicara SembaranganDiam Karena Iman
DifitnahBalas nge-ghibah, hubungan rusakDiam, percaya Allah yang balas
Lihat cela orangNge-share ke grup WA, jadi bahan gosipTutup mulut, doain dia berubah
Emosi beratNgetik status toxic, nyesel besoknyaShalat, tarik napas, simpan amarah

hadits lebih baik diam

Hubungan antara Hadits Lebih Baik Diam dan Konsep Menjaga Lisan dalam Islam

Bagaimana bunyi hadits menjaga lisan? Salah satu yang paling kuat: “Barangsiapa yang mampu menjamin (keselamatan) apa yang ada di antara dua rahangnya (lidah) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan), maka aku jamin surga untuknya.” (HR. Bukhari). Ini menunjukkan betapa krusialnya lisan dalam iman. Nah, hadits lebih baik diam tuh jadi strategi utama buat menjaga lisan—karena diam adalah bentuk tertinggi dari kontrol diri. Di Aceh, ada istilah “meu ngon meugat”—kami dan kamu, jaga mulut. Ini bukan larangan ngomong, tapi larangan ngomong yang nggak perlu. Dan jangan lupa: diam yang baik itu bukan diam pas liat kemungkaran—itu namanya pengecut! Diam itu buat hal-hal yang nggak bermanfaat, bukan buat kejahatan.


Penjelasan Hadits "لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ" dan Kaitannya dengan Hadits Lebih Baik Diam

Apa maksud hadits "لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ"? Artinya: “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain.” Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al-Albani. Nah, kaitannya dengan hadits lebih baik diam? Jelas! Kalo lo ngomong yang bikin orang sakit hati, itu namanya “dharar”—merugikan. Jadi, diam itu bentuk penerapan prinsip “la dharar wa la dhirar” dalam komunikasi sehari-hari. Di Minang, ada ungkapan: “Indak ado untuang nan tak babagi, indak ado kata nan tak bahaya”—nggak ada untung yang nggak dibagi, dan nggak ada kata yang nggak berdampak. Makanya, mending diam kalo nggak yakin kata lo bermanfaat!


Analisis Kalimat خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ dalam Konteks Komunikasi Islami

Apa arti خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ? Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” Hadis ini menunjukkan bahwa nilai seseorang diukur dari manfaatnya—termasuk dalam berbicara. Kalo lo ngomong, harus bermanfaat: ngasih nasihat, ilmu, atau hiburan yang baik. Kalo nggak? Mending diam. Ini selaras banget sama hadits lebih baik diam—karena diam yang bermanfaat (misalnya, diam pas nggak tau jawaban) lebih baik daripada omong yang ngawur. Di era informasi ini, banyak orang ngomong cuma biar eksis—padahal yang dibutuhkan bukan suara, tapi solusi. Jadi, jangan jadi “noise”—jadi “value”!


Kesalahan Umum dalam Memahami Hadits Lebih Baik Diam sebagai Bentuk Pasifisme Ekstrem

Banyak yang salah kaprah—ngira hadits lebih baik diam berarti “jangan pernah protes, jangan pernah ngomong, jangan pernah bersuara.” Padahal salah besar! Diam itu buat hal-hal yang nggak perlu—bukan buat kezaliman. Nabi ﷺ aja nggak diam pas liat kemungkaran! Justru beliau bersabda: “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya….” Jadi, hadits lebih baik diam itu soal filter, bukan soal mati suara. Kalo lo diam pas liat korupsi, itu dosa. Tapi kalo lo diam pas dengar gosip, itu pahala. Nah, beda kan? Di Sunda, ada pepatah: “Diam teh kudu pinter—diam di tempat anu bener, teu di tempat anu salah.” Tepat banget!


Sumber dan Tempat Belajar Mendalam tentang Hadits Lebih Baik Diam

Buat lo yang pengen beneran paham konteks, sanad, dan penerapannya, jangan cuma baca cuplikan di story Instagram. Lo bisa mulai dari Komunitas Muslim Hijrah Sentul—di sana ada banyak bahan kajian yang akurat dan aplikatif. Atau, kalo lo pengen analisis tajam soal hadis-hadis tentang menuntut ilmu—yang juga menekankan pentingnya menjaga lisan—cek kategori Sunnah. Dan buat lo yang pengen tahu momen spiritual paling istimewa buat diam dan berdoa, jangan lewatkan Hadits Malam Nisfu Sya'ban Ini Jangan Sampai Lewat Ya—karena di malam itu, diam dalam doa bisa bawa berkah sepanjang tahun!


Pertanyaan Umum tentang Hadits Lebih Baik Diam

Apa hadits tentang diam?

Salah satu hadits tentang diam yang paling shahih adalah: “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, diam adalah pilihan bijak saat ucapan tidak membawa manfaat.

Apa maksud hadits "لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ"?

Hadits "لاَ ضَرَرَ وَلاَ ضِرَارَ" berarti “tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan orang lain”. Dalam konteks hadits lebih baik diam, ini mengajarkan bahwa jika berbicara justru menimbulkan keburukan, maka diam adalah solusi syar’i yang tepat.

Apa arti خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ?

Kalimat خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” Ini menegaskan bahwa dalam Islam, termasuk dalam berbicara, setiap ucapan harus bernilai manfaat—jika tidak, lebih baik diam sesuai prinsip hadits lebih baik diam.

Bagaimana bunyi hadits menjaga lisan?

Salah satu bunyi hadits menjaga lisan adalah: “Barangsiapa yang mampu menjamin (keselamatan) apa yang ada di antara dua rahangnya dan dua kakinya, maka aku jamin surga untuknya.” (HR. Bukhari). Hadis ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga lisan—dan salah satu caranya adalah dengan menerapkan hadits lebih baik diam.


Referensi

  • https://sunnah.com/bukhari/78
  • https://hadith.inoor.ir/en/hadith/45631
  • https://islamweb.net/en/article/137201
${customadstop}