Dalil Aqiqah: Ayat dan Hadis yang Sering Dilewatkan

img

Dalil Aqiqah

Pernah nggak sih, lu mikir—“Anak barusan lahir, langsung potong kambing? Emang ngapain tho, selain makan-makan?” Nah, justru di situlah dalil aqiqah masuk: bukan sekadar tradisi, tapi jejak cinta Rasulullah SAW yang nyantol kuat di hati umat. Aqiqah itu kayak “janji syukur” dari orang tua ke Sang Pencipta, sekaligus bentuk perlindungan buat si bayi. Dan ini bukan cuma adat, tapi berakar dari ayat dan hadis yang jelas banget, meski sering kelewat diobrolin. Makanya, mari kita ngobrol santai—pake dialek jawa timur dikit, dikocok dengan logat betawi campur sunda—soal dalil aqiqah, biar gak cuma dagingnya enak, ilmunya juga mantul!

Dalil Aqiqah: Ayat dan Hadis yang Sering Dilewatkan

Woles dulu, jangan buru-buru bilang “enggak ada ayat Al-Quran soal aqiqah”. Bener, memang dalil aqiqah gak eksplisit muncul di Al-Quran kayak shalat atau puasa. Tapi justru di sini letak keunikan: Allah serahkan ke Rasul-Nya buat ngasih tahu detailnya. Dan hadisnya—wuih, kenceng banget! Salah satunya:

“Al-ghulāmu murtaḥanun bi ‘aqīqatihi, yudzbaḥu ‘anhu yawma as-sābi‘, wa yusammā, wa yuḥlaqu ra’suhu.”

Artinya: “Seorang bayi tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih untuknya pada hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur rambutnya.” (HR. Tirmidzi). Nah, kalimat “digadaikan” ini bikin banyak orang mikir—kalau gak diaqiqahi, apakah jiwanya “tertahan”? Jangan langsung ngeri dulu! Ini simbolik: aqiqah bentuk tanggung jawab orang tua atas nikmat anak. Banyak yang skip bahasan ini dan langsung ke “kambingnya berapa ekor?”, padahal esensi dalil aqiqah ada di sini—kasih sayang, perlindungan, dan syukur.


Ayat dan Hadits tentang Aqiqah

Soal ayat dan hadits tentang aqiqah, emang gak ada ayat Qur’ani yang nyebut “aqiqah” secara harfiah. Tapi banyak ulama bilang, spirit aqiqah nyambung ke ayat-ayat tentang syukur dan memerdekakan diri dari “gadai nikmat”. Misalnya Surat Al-Baqarah:233 yang nyebut soal menyusui sebagai hak anak—ini diambil analogi: anak lahir = nikmat = perlu direspons dengan aqiqah. Terus, haditsnya banyak banget! Selain hadits Samurah di atas, ada juga riwayat dari Aisyah RA: “Nabi SAW mengaqiqahi Hasan dan Husain dengan masing-masing satu kambing.” Artinya, ayat dan hadits tentang aqiqah mungkin gak eksplisit di Al-Quran, tapi justru dijelasin langsung sama Nabi—jadi gak perlu ragu.


Dalil aqiqah arab

Nah, buat yang suka liat teks aslinya, ini dia dalil aqiqah arab paling fenomenal:

عن سمرةَ، قال: قال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: «الغُلامُ مُرتَهَنٌ بعَقيقتِه، تُذبَحُ عنه يومَ السَّابعِ، ويُحْلَقُ رأسُهُ، ويُسَمَّى».

Kalimat ini muncul di Sunan Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ahmad. Teks dalil aqiqah arab ini penting banget buat yang pengen cek keaslian atau ngaji bareng ustadz. Dan lucunya, meski banyak yang hafal artinya, sedikit banget yang ngerti makna “murtaḥanun” (tergadaikan). Katanya sih, ini metafora: kalau anak gak diaqiqahi, mungkin gak terlindungi dari gangguan ghaib—makanya cukup banyak yang buru-buru aqiqahan meski pas-pasan duitnya. Emang sih, ini sunnah muakkad, tapi jangan dipaksain sampai utang!


Dalil Aqiqah Beserta artinya

Kita gak cuma butuh baca arabnya doang—tapi paham dalil aqiqah beserta artinya. Kayak hadits di atas:

“Al-ghulāmu murtaḥanun bi ‘aqīqatihi…”
Artinya: “Seorang bayi itu tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih untuknya pada hari ketujuh, dicukur rambutnya, dan diberi nama.”

Murtaḥanun = tergadaikan. Tapi jangan bayangin kayak KTA di bank ya—ini lebih ke simbol keterikatan kasih sayang dan tanggung jawab. Kalau lu baca dalil aqiqah beserta artinya, lu bakal sadar: ini bukan ritual kuno, tapi bentuk proteksi ruhani. Bahkan, banyak yang yakin, anak yang diaqiqahi lebih selamat dari ‘ain (pandangan dengki) dan syaitan. Makanya, Rasulullah langsung aqiqahin cucunya—karena beliau tahu bahayanya dunia buat si mungil.


Hukum aqiqah

Sekarang, soal hukum aqiqah—ini sering jadi bahan debat warkop. Ada yang bilang wajib, ada yang bilang sunnah. Tenang! Menurut jumhur ulama, termasuk Imam Syafi’i, hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah: sunnah yang sangat dianjurkan, apalagi kalau mampu. Artinya, kalo miskin mah gak dosa gak aqiqahan. Tapi kalo lu bisa beli iPhone tiap rilis, trus bilang “gak mampu aqiqah”, ya… itu namanya “mampu tapi pura-pura gak mampu”.

Dalil aqiqah arab dan artinya

Yang penting diinget: hukum aqiqah gak ngelarang pake jasa aqiqah. Mau pesen lewat online, dikirim ke rumah, gak masalah—asal hewannya sah, disembelih sesuai syariat, dan dagingnya dibagi matang. Jadi, buat ortu muda yang lagi sibuk kerjaan, jangan stres—masih bisa tunaikan hukum aqiqah dengan praktis!


Ayat dan Hadits tentang Aqiqah

Kita bahas lagi soal ayat dan hadits tentang aqiqah, tapi dari sisi lain: praktik Nabi. Katanya, Nabi SAW pernah aqiqahin Hasan dan Husain masing-masing cuma satu kambing—bukan dua. Ini jadi dalil buat yang bilang “kalau cuma mampu satu, udah cukup”. Jadi, meski idealnya anak laki-laki dua ekor, satu aja gak masalah. Dan ini penting banget buat dengerin, karena banyak ortu muda jadi malu-maluin diri—“aduh, cuma satu, kurang syar’i”. Padahal, Rasullah sendiri pernah lakuin gitu! Jadi, ayat dan hadits tentang aqiqah itu fleksibel, gak kaku kayak peraturan BPJS.


Waktu aqiqah 40 hari

Lalu, ada yang bilang “aqiqah harus di hari ke-40”. Wah, itu salah besar! Waktu aqiqah 40 hari itu mitos—mungkin campur aduk sama upacara adat tertentu. Yang bener, dalil aqiqah nyebut hari ke-7 sebagai waktu utama. Kalau gak bisa, boleh hari ke-14, atau ke-21. Bahkan menurut sebagian ulama, masih boleh sampai anak baligh! Tapi kalau udah baligh dan belum diaqiqahi, si anak boleh aqiqahi dirinya sendiri. Jadi, waktu aqiqah 40 hari itu gak ada dasarnya. Kalau lu dengerin nenek bilang “harus 40 hari”, bilang aja: “Ndek, itu adat, bukan dalil.”


Dalil aqiqah Latin

Buat yang gak lancar baca arab, tenang—ada juga dalil aqiqah latin! Ini dia transkripsinya:

“Al-ghulāmu murtaḥanun bi ‘aqīqatihi, yudzbaḥu ‘anhu yawma as-sābi‘, wa yusammā, wa yuḥlaqu ra’suhu.”

Ini penting banget buat generasi milenial dan gen-Z yang lebih nyaman baca tulisan latin. Nggak perlu malu! Yang penting niatnya lurus. Banyak yang mikir: “Ah, baca latin doang, gak berkah.” Eits—Allah gak liat font-nya, tapi niatmu! Jadi, lu bisa simpen dalil aqiqah latin ini di notes HP, baca tiap mau aqiqah, atau kirim ke calon mertua biar yakin lu ortu yang bertanggung jawab.


Dalil aqiqah arab dan artinya

Nah, ini dia bagian puncak: dalil aqiqah arab dan artinya dalam satu paket lengkap biar gampang dipahami dan dijelaskan ke orang tua. Coba baca bareng:

Arab:
عن سمرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "الغلام مرتهن بعقيقته يذبح عنه يوم السابع، ويسمى، ويحلق رأسه."

Artinya:
“Dari Samurah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, ‘Anak laki-laki itu tergadaikan dengan aqiqahnya. Disembelih untuknya pada hari ketujuh, diberi nama, dan dicukur rambutnya.’”

Kalau lu mau bahas sama calon mertua, bawa teks ini. Atau kalau mau baca lebih dalam soal esensi aqiqah, Komunitas Muslim Hijrah Sentul punya banyak ulasan. Buat yang lagi cari bacaan seputar akidah, kunjungin aja kategori Aqidah. Nah, kalau lu penasaran kenapa aqiqah itu lebih dari sekadar syukuran, baca artikel Tujuan Aqiqah Lebih dari Sekadar Syukuran Kelahiran. Dan buat yang pengen penjelasan super lengkap dari A sampai Z, klik di sini.


Frequently Asked Questions

Apa kata Al-Quran tentang aqiqah?

Al-Quran tidak menyebutkan kata “aqiqah” secara eksplisit, namun dalil aqiqah ditemukan dalam hadis-hadis shahih. Prinsip aqiqah selaras dengan nilai syukur, perlindungan anak, dan tanggung jawab orang tua yang banyak tercantum dalam ayat-ayat tentang kasih sayang dan nikmat Allah. Jadi, meski tak ada ayat langsung, spirit aqiqah tetap terpatri dalam ajaran Islam.

Apakah Rasulullah mengaqiqahi anaknya?

Ya, Rasulullah SAW mengaqiqahi cucunya, Hasan dan Husain, masing-masing dengan satu ekor kambing. Ini jadi dalil praktis bahwa aqiqah itu sunnah yang beliau contohkan. Bahkan, riwayat ini jadi pegangan ulama bahwa cukup satu kambing pun sah, terutama bila terkendala finansial. Jadi, dalil aqiqah bukan cuma teori—tapi amalan nyata sang Nabi.

Dasar hukum akikah adalah?

Dasar hukum aqiqah adalah hadis shahih dari Samurah bin Jundub RA yang menyebutkan bahwa “anak tergadaikan dengan aqiqahnya”. Hukumnya sunnah muakkadah menurut mayoritas ulama, termasuk Imam Syafi’i. Artinya, sangat dianjurkan bila mampu, tapi tidak diwajibkan. Jadi, dalil aqiqah kuat, tapi tetap fleksibel sesuai kondisi ekonomi.

Apa hukum aqiqah menurut Imam Syafi'i?

Menurut Imam Syafi’i, hukum aqiqah adalah sunnah muakkadah—sunnah yang sangat dianjurkan. Beliau menekankan pentingnya pelaksanaan aqiqah pada hari ketujuh, dengan dua kambing untuk anak laki-laki dan satu untuk perempuan. Namun, beliau juga membolehkan pelaksanaan di hari ke-14 atau ke-21 bila terkendala. Yang penting, dagingnya dibagikan dalam keadaan matang dan tidak dijual.


Referensi

  • https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/tata-cara-dan-hukum-menggunakan-jasa-layanan-aqiqah
  • https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-7551232/aqiqah-pengertian-dalil-dan-syaratnya
  • https://sahabataqiqah.co.id/5-hadits-tentang-aqiqah-dalam-islam/
  • https://jatim.nu.or.id/keislaman/panduan-dan-ketentuan-soal-aqiqah-7VRPI