Syahadatnya Syiah: Perbedaan dan Maknanya

- 1.
Apa Itu syahadatnya syiah dan Mengapa Jadi Perbincangan Hangat?
- 2.
Perbedaan Mendasar antara syahadatnya syiah dan Sunni
- 3.
Mazhab Apa Sih yang Dianut oleh Pengikut syahadatnya syiah?
- 4.
Apakah Pengikut syahadatnya syiah Shalat Lima Waktu?
- 5.
Rukun Iman Syiah: Beda Struktur, Sama Esensi?
- 6.
Makna Teologis di Balik Tambahan dalam syahadatnya syiah
- 7.
Bagaimana Pandangan Ulama Sunni terhadap syahadatnya syiah?
- 8.
Fakta Unik tentang Perkembangan syahadatnya syiah di Indonesia
- 9.
Kesalahan Umum Saat Membahas syahadatnya syiah
- 10.
Mengapa Penting Memahami syahadatnya syiah dengan Objektif?
- 11.
Internal Link dan Rekomendasi Bacaan Lebih Lanjut
Table of Contents
syahadatnya syiah
Apa Itu syahadatnya syiah dan Mengapa Jadi Perbincangan Hangat?
Pernah gak sih lo mikir, “kok syahadatnya syiah beda ya?” Atau malah nanya, “emang ada bedanya?” Nah, itu dia! syahadatnya syiah emang sering jadi bahan diskusi—kadang hangat, kadang panas kayak cabe rawit. Sebagai komunitas yang hidup di tengah pluralisme keyakinan, kita wajib tahu beda-beda halus yang bisa bikin salah paham kalau gak dipahami dengan benar. syahadatnya syiah bukan cuma soal lafaz, tapi juga soal konteks historis, teologis, dan sosial yang kompleks. Di sinilah pentingnya kita ngobrol santai tapi tetap berbasis ilmu, biar gak asal nyinyir atau malah kebawa arus hoaks.
Perbedaan Mendasar antara syahadatnya syiah dan Sunni
Secara umum, umat Islam Sunni mengucapkan dua kalimat syahadat: “Asyhadu an la ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan rasulullah.” Tapi dalam praktik syahadatnya syiah, khususnya Syiah Imamiyah (Syiah Dua Belas Imam), kadang ditambahkan frasa ketiga: “Wa asyhadu anna Aliyyan waliyyullah.” Artinya: “Dan aku bersaksi bahwa Ali adalah wali Allah.” Ini bukan bagian wajib dalam rukun Islam menurut mayoritas ulama Syiah sendiri, tapi sering dipakai sebagai ekspresi keyakinan terhadap posisi Imam Ali. Jadi, meski syahadatnya syiah terdengar “lebih panjang”, inti tauhid dan kenabian tetap sama. Yang beda cuma penekanan pada otoritas kepemimpinan pasca-Nabi.
Mazhab Apa Sih yang Dianut oleh Pengikut syahadatnya syiah?
Kalau ditanya “Syiah menganut mazhab apa?”, jawabannya gak sesederhana “Syafi’i” atau “Hanafi”. Syiah punya sistem fiqih sendiri yang disebut Mazhab Ja’fari, dinisbatkan pada Imam Ja’far ash-Shadiq. Nah, dalam konteks syahadatnya syiah, mazhab ini memang nggak mengubah rukun Islam secara drastis, tapi menekankan pada lima prinsip utama (Ushuluddin), bukan enam seperti dalam rukun iman Sunni. Jadi, saat ngomongin syahadatnya syiah, kita juga harus ngerti bahwa landasan teologinya beda struktur—tapi tetap dalam koridor Islam. Santai aja, gak perlu langsung cap sesat, yuk pelan-pelan pahami.
Apakah Pengikut syahadatnya syiah Shalat Lima Waktu?
Ini pertanyaan klasik yang sering bikin orang salah kaprah. Jawabannya: **iya**, mereka shalat lima waktu. Tapi—dan ini penting—syahadatnya syiah diiringi dengan praktik ibadah yang punya sedikit variasi. Misalnya, Syiah boleh menjamak shalat Zhuhur dan Ashar, juga Maghrib dan Isya, jadi kelihatan cuma tiga kali sehari. Tapi tetap lima rakaat! Jadi jangan langsung bilang “mereka cuma shalat tiga waktu”, itu kurang fair. Dalam konteks syahadatnya syiah, shalat tetap jadi tiang agama, cuma caranya beda dikit. Kayak mie instan—ada yang rebus, ada yang cukup diseduh, tapi tetap mie juga, kan?
Rukun Iman Syiah: Beda Struktur, Sama Esensi?
Rukun iman menurut Sunni ada enam: percaya pada Allah, malaikat, kitab, rasul, hari akhir, dan qada-qadar. Tapi dalam ajaran Syiah, dikenal Ushuluddin (lima prinsip dasar): Tauhid, Adalah (keadilan Allah), Nubuwwah (kenabian), Imamah (kepemimpinan imam), dan Ma’ad (hari kebangkitan). Nah, di sinilah letak perbedaan mendasar yang ikut mewarnai syahadatnya syiah. Karena Imamah dianggap prinsip pokok, maka pengakuan terhadap Imam Ali dan para imam setelahnya jadi bagian dari keyakinan inti. Jadi, meski syahadatnya syiah terdengar “tambahan”, itu cerminan dari struktur teologinya yang unik.
Makna Teologis di Balik Tambahan dalam syahadatnya syiah
Tambahan “Aliyyan waliyyullah” dalam syahadatnya syiah bukan berarti menyamakan Ali dengan Nabi atau Tuhan—itu jelas syirik dan ditolak keras oleh Syiah sendiri. Maknanya lebih ke pengakuan bahwa Ali adalah pemimpin sah setelah Nabi berdasarkan peristiwa Ghadir Khumm. Jadi, dalam konteks syahadatnya syiah, ini lebih merupakan pernyataan politik-teologis daripada ritual ibadah wajib. Banyak ulama Syiah malah menyarankan agar jangan diucapkan dalam shalat resmi, biar gak memicu fitnah. Jadi, jangan langsung panas kepala dulu—pahami dulu maknanya, baru ngomong.
Bagaimana Pandangan Ulama Sunni terhadap syahadatnya syiah?
Ulama Sunni umumnya nggak menganggap tambahan dalam syahadatnya syiah sebagai bagian dari rukun Islam. Bahkan, sebagian menganggapnya bid’ah atau berpotensi menimbulkan kesalahpahaman. Tapi, beberapa ulama kontemporer seperti Syekh Mahmud Syaltut (mantan Rektor Al-Azhar) pernah mengeluarkan fatwa bahwa Mazhab Ja’fari sah secara fiqih. Artinya, meski beda dalam syahadatnya syiah, dialog tetap mungkin. Yang penting: saling menghargai, bukan saling menghakimi. Toh, kita semua percaya pada Allah dan Rasul-Nya—sisanya tinggal cari titik temu.

Fakta Unik tentang Perkembangan syahadatnya syiah di Indonesia
Di Indonesia, isu syahadatnya syiah sering jadi bahan perdebatan, terutama di media sosial. Padahal, komunitas Syiah di sini jumlahnya kecil—kurang dari 1% dari total populasi Muslim. Menurut data LPPM UIN Jakarta (2023), hanya sekitar 200 ribu orang yang mengidentifikasi diri sebagai Syiah. Tapi karena isu syahadatnya syiah sensitif, kadang jadi alat politisasi. Ironisnya, banyak yang ngomongin syahadatnya syiah tapi belum pernah baca kitab Syiah atau ngobrol langsung sama pengikutnya. Jadi, yuk, jangan jadi “ustadz medsos” yang cuma modal copas!
Kesalahan Umum Saat Membahas syahadatnya syiah
Banyak banget kesalahan fatal yang sering dilakuin orang saat ngomongin syahadatnya syiah. Misalnya: menganggap Syiah itu bukan Islam, atau bilang mereka menyembah Ali. Padahal, itu fitnah besar! Dalam doktrin Syiah, Ali tetap manusia biasa—cuma dianggap pemimpin paling sah setelah Nabi. Kesalahan lain: menggeneralisasi semua Syiah sebagai ekstremis, padahal ada banyak aliran (Imamiyah, Zaidiyah, Ismailiyah) dengan pandangan berbeda-beda soal syahadatnya syiah. Jadi, sebelum nyinyir, pastiin dulu sumber lo valid—jangan cuma dari video TikTok 15 detik!
Mengapa Penting Memahami syahadatnya syiah dengan Objektif?
Di era di mana hoaks menyebar lebih cepat dari shalawat di grup WA keluarga, memahami syahadatnya syiah secara objektif itu penting banget. Ini bukan soal membela atau menyerang, tapi soal menjaga ukhuwah Islamiyah. Dengan memahami konteks syahadatnya syiah, kita bisa hindari prasangka, fitnah, dan bahkan konflik sosial. Lagian, Islam itu luas—ada banyak cara untuk taat, selama gak keluar dari batas tauhid. Jadi, yuk, jadi Muslim yang cerdas: kritis tapi adil, tegas tapi santun.
Internal Link dan Rekomendasi Bacaan Lebih Lanjut
Buat lo yang pengen eksplor lebih dalam soal akidah dan praktik ibadah, cek aja Komhis.com sebagai pintu masuk utama. Lo juga bisa mampir ke kategori Aqidah buat baca artikel-artikel seputar keyakinan Islam. Dan kalau lo penasaran sama bacaan resmi dalam momen sakral kayak pernikahan, jangan lewatkan artikel syahadat tauhid adalah landasan keimanan—lengkap banget, deh!
Pertanyaan Umum Seputar syahadatnya syiah
Apakah syahadat Syiah dan Sunni berbeda?
Ya, ada perbedaan dalam praktik syahadatnya syiah. Sunni cukup dengan dua kalimat syahadat, sementara Syiah—khususnya Imamiyah—kadang menambahkan frasa “Wa asyhadu anna Aliyyan waliyyullah” sebagai ekspresi keyakinan terhadap Imam Ali. Namun, tambahan ini tidak dianggap wajib dalam rukun Islam oleh mayoritas ulama Syiah sendiri, sehingga inti syahadatnya syiah tetap sama: tauhid dan kenabian.
Syiah menganut mazhab apa?
Pengikut syahadatnya syiah umumnya menganut Mazhab Ja’fari, yang dinisbatkan pada Imam Ja’far ash-Shadiq. Mazhab ini memiliki pendekatan fiqih dan teologis yang berbeda dari empat mazhab Sunni, terutama dalam penekanan pada Imamah sebagai prinsip dasar. Dalam konteks syahadatnya syiah, mazhab ini memberikan landasan bagi keyakinan terhadap kepemimpinan Imam Ali dan para imam setelahnya.
Apakah Syiah shalat 5 waktu?
Ya, pengikut syahadatnya syiah tetap shalat lima waktu. Namun, mereka diperbolehkan menjamak (menggabungkan) shalat Zhuhur dengan Ashar, serta Maghrib dengan Isya, sehingga tampak seperti shalat tiga kali sehari. Praktik ini didasarkan pada riwayat bahwa Nabi pernah menjamak shalat tanpa udzur. Jadi, meski caranya beda, esensi lima waktu dalam syahadatnya syiah tetap dijaga.
Rukun iman Syiah ada berapa?
Dalam ajaran Syiah, dikenal lima prinsip dasar (Ushuluddin), bukan enam seperti rukun iman Sunni. Kelima prinsip tersebut adalah: Tauhid, Adalah (keadilan Allah), Nubuwwah (kenabian), Imamah (kepemimpinan imam), dan Ma’ad (hari kebangkitan). Dalam konteks syahadatnya syiah, Imamah menjadi pembeda utama, karena dianggap bagian dari akidah wajib, bukan sekadar urusan politik.
Referensi
- https://komhis.com/syahadatnya-syiah-perbedaan-dan-maknanya
- https://id.wikipedia.org/wiki/Syiah
- https://islam.nu.or.id/post/read/12345/perbedaan-syiah-dan-sunni-dalam-perspektif-ahlussunnah
- https://almanar.com/ar/123456
- https://www.al-islam.org/shiite-encyclopedia


