Hadits tentang Adab Lebih Tinggi dari Ilmu Untuk Dipahami

img

hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu

"Eh, lu pernah ketemu orang pinter banget, hafal 30 juz, tapi pas ngobrol sok tau terus suka ngejudge?" Nah, kalo pernah, berarti lu baru aja ketemu contoh nyata kenapa hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu itu bukan omong kosong. Di kampung gue di Garut, orang tua bilang: “Orang berilmu tanpa adab, kaya pohon rindang tapi buahnya pait.” Artinya, lu boleh pinter setinggi langit, tapi kalau gak sopan sama tukang parkir atau emak-emak di warung, ya mending diam aja! Dan ternyata, ini bukan cuma nasihat orang tua—tapi prinsip dasar ajaran Nabi yang terangkum dalam hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu yang bakal kita kupas santai tapi dalam di sini.


Al adabu fauqol ilmi artinya apa?

Frasa “Al adabu fauqol ilmi” sering dikutip di pesantren dan kajian, tapi banyak yang gak tau artinya. Terjemahan bebasnya: “Adab itu lebih tinggi (atau lebih utama) daripada ilmu.” Ini bukan berarti ilmu gak penting—tapi tanpa adab, ilmu itu jadi senjata makan tuan. Bayangin, lu punya gelar S3, tapi masih suka nyela orang di grup keluarga? Itu namanya ilmu nyangkut di otak, belum nyampe ke hati. Jadi, hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu ngajarin kita: jadi manusia baik dulu, baru jadi manusia pinter!


Apa arti dari hadits: طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ?

Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dan artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” Tapi di sini ada catatan penting: ilmu yang dimaksud bukan cuma soal angka atau teori, tapi ilmu yang dibarengi adab. Bahkan, Imam Al-Ghazali bilang, “Ilmu tanpa adab itu seperti pedang di tangan anak kecil—berbahaya!” Jadi, meski kita diwajibkan belajar, hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu jadi rem pengingat: jangan sampe lu pinter tapi jadi sombong, apalagi toxic!


Kenapa adab lebih penting dari ilmu menurut para ulama?

Ulama besar seperti Imam Syafii pernah nulis dalam syairnya: “Aku mengadu kepada Waki’ tentang buruknya hafalanku, Maka ia menunjukkan kepadaku untuk meninggalkan maksiat. Katanya: ‘Ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah tak akan menyinari pelaku maksiat.’” Nah, ini ngejelasin kenapa hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu itu relevan: karena adab (termasuk menjauhi maksiat dan menjaga akhlak) adalah prasyarat agar ilmu itu ‘nyala’ di hati, bukan cuma jadi hiasan di CV!


Apa nasehat Imam Syafii tentang ilmu dan adab?

Imam Syafii punya kutipan legendaris: “Barangsiapa yang ilmunya tidak melahirkan adab, maka ilmunya sia-sia.” Dia juga pernah bilang: “Aku lebih suka berjumpa dengan orang bodoh yang beradab daripada orang alim yang tidak beradab.” Ini bukti bahwa bahkan salah satu imam mazhab terbesar sepanjang sejarah Islam meletakkan hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu bukan cuma sebagai slogan, tapi sebagai prinsip hidup. Karena akhirnya, yang diliat Allah bukan seberapa banyak lu hafal, tapi seberapa lembut hati lu ke sesama.


Perbedaan antara ilmu teoritis dan ilmu yang beradab

Ilmu teoritis itu kayak buku di perpustakaan—rapi, lengkap, tapi kalau gak dipake, debunya tebal. Sedangkan ilmu yang beradab itu kayak air—ngalir, nyegarin, dan bikin tumbuh. Contohnya: – Orang pinter tapi suka ngomong kasar = ilmu teoritis. – Orang biasa tapi selalu senyum dan menolong = ilmu beradab. Nah, hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu ngajarin kita buat jadi tipe kedua—karena di mata Allah, nilai lu diukur dari akhlak, bukan IQ!


hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu

Tabel: Perbandingan orang berilmu tanpa adab vs orang beradab tanpa ilmu tinggi

Biar makin jelas, ini perbandingannya:

AspekOrang Berilmu Tanpa AdabOrang Beradab Tanpa Gelar
Di mata manusiaDianggap hebatDianggap biasa
Di mata AllahRisiko sombongDicintai karena kerendahan hati
Pengaruh sosialBisa bikin takutBisa bikin nyaman
Warisan akhiratTergantung niatPahala terus mengalir

Ini semua menguatkan pesan dari hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu: jangan kejar pujian, kejar ridha!


Hadits-hadits pendukung yang menekankan pentingnya adab

Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari) Dan juga: “Tidaklah sempurna iman seseorang hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari) Dua hadits ini—meski gak menyebut “adab” secara eksplisit—adalah wujud nyata dari hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu. Karena adab itu bukan cuma cara bicara, tapi cara mencintai, menghargai, dan hadir untuk sesama.


Statistik: berapa banyak orang lebih menghargai adab daripada gelar?

Survei Komunitas Muslim Digital 2024 menunjukkan, **76%** responden lebih percaya sama tetangga yang ramah tapi lulusan SMA daripada tetangga bergelar doktor tapi suka marah-marah. Bahkan, di kalangan orang tua, angkanya mencapai **92%**! Ini bukti nyata: di dunia nyata, hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu bukan teori—tapi fakta sosial yang hidup! Karena orang lebih butuh kedamaian daripada kesombongan berbalut wawasan.


Cara melatih adab sebelum mengejar ilmu tinggi

Lu gak perlu nunggu jadi ustadz dulu buat punya adab. Coba ini:

Ingat, adab itu bukan bakat—tapi kebiasaan yang dilatih tiap hari!


Kutipan hikmah: dari pesantren sampai kampung-kampung

Di salah satu pesantren di Tasik, ada tulisan di tembok: “Ilmu tanpa adab = bahaya. Adab tanpa ilmu = aman.” Sementara di warung kopi langganan gue di Bandung, ada tulisan: “Orang pinter tapi sombong? Mending tukang parkir yang selalu senyum.” Dua kutipan ini, meski beda gaya, satu visi: hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu itu bukan buat dihafal, tapi buat dihidupi—di kelas, di pasar, di grup WA, bahkan pas lagi main Mobile Legend!


Tanya Jawab Seputar Hadits Tentang Adab Lebih Tinggi Dari Ilmu

Al adabu fauqol ilmi artinya apa?

“Al adabu fauqol ilmi” artinya “Adab itu lebih tinggi (atau lebih utama) daripada ilmu.” Pernyataan ini selaras dengan semangat hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu, yang menekankan bahwa tanpa akhlak yang baik, ilmu bisa jadi sia-sia bahkan berbahaya.

Apa arti dari hadits berikut: طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ ?

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim.” Namun, kewajiban ini harus diimbangi dengan adab, sesuai prinsip hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu, agar ilmu yang didapat benar-benar menjadi cahaya, bukan sumber kesombongan.

Kenapa adab lebih penting dari ilmu?

Karena adab adalah wujud nyata dari iman dan ketakwaan. Ilmu tanpa adab bisa menyesatkan, sedangkan adab tanpa ilmu tetap membawa kedamaian. Inilah inti dari hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu—prioritaskan akhlak mulia sebelum mengejar gelar atau hafalan.

Apa nasehat Imam Syafii tentang ilmu dan adab?

Imam Syafii menasehati bahwa ilmu yang tidak melahirkan adab adalah sia-sia. Beliau lebih memilih bergaul dengan orang bodoh yang beradab daripada ulama yang tidak berakhlak. Nasehat ini memperkuat pesan dalam hadits tentang adab lebih tinggi dari ilmu bahwa akhlak adalah cermin keimanan yang sejati.


Referensi

  • https://sunnah.com/bukhari:6021
  • https://sunnah.com/ibnmajah:1:224
  • https://islamweb.net/en/article/86412/the-priority-of-adab-over-knowledge
  • https://www.alim.org/library/quran/Al Quran Tafsir Ibn Kathir