Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab

img

Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab

Kalo lu mikir qurban sama aqiqah itu kayak “beli gorengan” sama “beli bakwan”—beda dikit doang—lu salah total, coy! Soalnya, Hukum qurban dan aqiqah itu gak cuma beda di harga (kayak IDR 2.800.000 buat kambing qurban vs IDR 2.300.000 buat aqiqah), tapi juga beda di status hukum, waktu, niat, bahkan beda pendapat ulama soal “mana yang harus duluan”. Nah, kali ini kita bakal bahas tuntas: Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab, pake logat orang ngobrol di teras masjid, campur dikit slang Jaksel, dikit intonasi Sunda “euuh”, sama gaya nulis kayak jurnal pribadi—ada typo dikit biar keliatan 95% tulisan manusia beneran. Yuk simak!


Hukum Qurban Menurut Empat Mazhab Utama

Mazhab Syafi’i dan Hanbali: Sunnah Mu’akkadah

Menurut Imam Syafi’i dan Ahmad bin Hanbal, hukum qurban itu sunnah mu’akkadah—artinya, sangat dianjurkan sampe hampir kayak wajib, terutama buat yang mampu. Nabi saw. pernah bilang: “Barangsiapa yang memiliki keluasan (rezeki) lalu tidak berqurban, maka janganlah ia mendekati tempat shalat kami.” (HR. Ahmad). Ini nunjukin betapa pentingnya qurban dalam Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab.

Mazhab Hanafi: Wajib

Nah, kalo menurut Imam Abu Hanifah, qurban itu wajib buat setiap Muslim yang mampu—mirip kayak zakat. Jadi, kalo lu punya tabungan lebih dari harga kambing, tapi gak qurban, menurut mazhab ini lu udah melanggar kewajiban. Ini beda banget sama pandangan mazhab lain—dan ini penting banget buat diketahui dalam konteks Hukum qurban dan aqiqah secara fikih komparatif.


Hukum Aqiqah Menurut Pandangan Para Ulama

Mayoritas Ulama: Sunnah, Bukan Wajib

Hampir semua mazhab sepakat: aqiqah hukumnya sunnah, bukan wajib. Tapi jangan diremehin—soalnya ini sunnah yang langsung dicontohin Nabi saw. buat cucunya, Hasan dan Husain. Beliau aqiqahin masing-masing dua kambing. Jadi, meski gak wajib, ini amalan besar yang membawa barokah buat anak. Inilah inti dari Hukum qurban dan aqiqah dalam praktik keluarga Muslim.

Imam Malik: Boleh Ditunda, Tapi Jangan Ditinggalkan

Imam Malik bilang, aqiqah boleh ditunda kalo belum mampu—bahkan sampe anak dewasa. Tapi begitu mampu, jangan ditunda-tunda lagi. Ini nunjukin fleksibilitas Islam dalam Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab, terutama buat keluarga yang lagi prihatin tapi pengen tetep amalkan sunnah.


Perbandingan Hukum Qurban dan Aqiqah dalam Satu Tabel

Tabel Ringkas Menurut Empat Mazhab

Berikut tabel sederhana biar lu gak pusing:

MazhabQurbanAqiqah
Syafi’iSunnah Mu’akkadahSunnah
HanbaliSunnah Mu’akkadahSunnah
HanafiWajibSunnah
MalikiSunnah Mu’akkadahSunnah (boleh ditunda)
Tabel ini memperjelas Hukum qurban dan aqiqah menurut berbagai mazhab—dan nunjukin bahwa mayoritas sepakat aqiqah itu sunnah, sementara qurban punya perbedaan kecil soal status hukum.


Manakah yang Lebih Didahulukan: Aqiqah atau Qurban?

Fatwa Ulama: Tergantung Waktu dan Kemampuan

Ini pertanyaan klasik: “Manakah yang didahulukan, aqiqah atau qurban?” Jawabannya: tergantung. Kalo waktunya barengan (misalnya anak lahir pas Idul Adha), dan lu cuma mampu satu kambing—maka qurban lebih didahulukan menurut jumhur ulama, karena waktunya terbatas. Sementara aqiqah bisa ditunda. Ini termasuk bagian penting dari Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab.

Prioritas Berdasarkan Konteks

Tapi kalo waktunya gak bentrok—misalnya anak lahir Januari, Idul Adha Desember—maka lakukan aqiqah di hari ke-7, dan qurban di Idul Adha. Gak perlu diadu-aduin! Islam itu fleksibel, bro. Jadi, jangan sampe lu stres mikir “mana duluan”—fokus aja ke niat dan kemampuan. Dalam konteks Hukum qurban dan aqiqah, keduanya penting, tapi bukan kompetisi.


Tujuan Spiritual di Balik Qurban dan Aqiqah

Qurban: Simbol Totalitas dalam Ketaatan

Tujuan qurban bukan cuma “kasih daging ke fakir”, tapi meneladani ketaatan Nabi Ibrahim yang rela menyembelih anaknya demi Allah. Ini ujian iman tertinggi—dan kita diajak mengulang simbol itu tiap tahun. Jadi, dalam Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab, tujuan qurban itu sangat filosofis: melatih rela “memotong” nafsu, bukan cuma memotong leher kambing.

Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab

Aqiqah: Bentuk Syukur dan Perlindungan untuk Anak

Sedangkan aqiqah, tujuannya adalah syukur atas kelahiran anak dan memohon perlindungan spiritual buat si buah hati. Nabi saw. bilang anak itu “tergadaikan” dengan aqiqahnya—jadi ini semacam “tebusan” agar anak terhindar dari gangguan. Ini menjawab pertanyaan: “Apa tujuan dari aqiqah dan qurban?”—beda misi, beda doa, tapi sama-sama indah.


Apakah Aqiqah Wajib? Penjelasan Lengkap

Tidak Wajib, Tapi Sangat Dianjurkan

Biar jelas: aqiqah tidak wajib menurut mayoritas ulama. Tapi… jangan jadikan ini alasan buat gak melaksanakannya kalo lu mampu. Soalnya, ini amalan yang dicontohin langsung sama Nabi saw.—dan beliau gak pernah ngelakuin sesuatu tanpa makna. Jadi, kalo lu nanya “Apa hukum aqiqah?”, jawabannya: sunnah mu’akkadah menurut sebagian, sunnah biasa menurut yang lain—tapi tetap bagian dari Hukum qurban dan aqiqah yang patut dihargai.

Konsekuensi bagi yang Tidak Melaksanakan

Kalo lu gak aqiqahin anak, lu gak dosa—karena bukan wajib. Tapi lu kehilangan barokah dan doa dari amalan sunnah ini. Jadi, ini kayak nolak bonus dari Allah. Rugi, kan? Apalagi kalo lu tiap tahun beli HP baru tapi gak pernah aqiqahin anak—prioritas lu perlu di-review, deh!


Syarat Kemampuan Finansial dalam Menunaikan Keduanya

Qurban: Hanya untuk yang Mampu

Qurban cuma wajib/sunnah buat yang udah “lebih” setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Jadi, kalo lu masih ngontrak, makan nasi sama garam tiap hari, jangan paksain qurban. Allah gak bebankan di luar kemampuan. Ini prinsip penting dalam Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab: ibadah itu proporsional.

Aqiqah: Boleh Ditunda Sampai Mampu

Sama kayak qurban, aqiqah juga buat yang mampu. Tapi bedanya, aqiqah bisa ditunda tanpa batas waktu—jadi gak perlu buru-buru. Lebih baik nunda tapi niatnya tulus, daripada utang buat aqiqah terus stres bayar cicilan tiap bulan. Dalam konteks Hukum qurban dan aqiqah, Islam itu rahmatan lil ‘alamin—gak membebani.


Kesalahan Umum dalam Memahami Hukum Keduanya

Menganggap Aqiqah Wajib atau Qurban Sunnah Biasa

Banyak yang salah kaprah: ada yang nganggap aqiqah wajib (sampe marahin ortu yang gak aqiqahin), ada juga yang anggap qurban cuma “ritual tahunan” kayak kirim parcel. Padahal, dalam Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab, keduanya punya bobot spiritual tinggi—meski status hukumnya berbeda.

Edukasi dan Referensi Lebih Lanjut

Buat lu yang pengen paham lebih dalam soal Hukum qurban dan aqiqah, kunjungi dulu Komunitas Muslim Hijrah Sentul buat panduan ibadah sehari-hari. Atau eksplor kategori Ibadah buat baca artikel-artikel sejenis. Kalo lu penasaran soal “mana duluan”, cek juga Mana yang Lebih Utama Aqiqah atau Qurban Duluan. Dan buat versi paling lengkap—plus dalil, fatwa, dan kesalahan umum—klik di sini!


Pertanyaan Umum Seputar Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab

Apa hukumnya qurban dan aqiqah?

Hukum qurban menurut mayoritas ulama (Syafi’i, Maliki, Hanbali) adalah sunnah mu’akkadah, sedangkan menurut mazhab Hanafi hukumnya wajib bagi yang mampu. Sementara aqiqah menurut seluruh mazhab hukumnya sunnah—tidak wajib, tapi sangat dianjurkan sebagai bentuk syukur atas kelahiran anak. Ini adalah inti dari Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab.

Manakah yang didahulukan, aqiqah atau qurban?

Jika waktunya bertabrakan (misalnya Idul Adha dan hari ke-7 kelahiran anak) dan hanya mampu satu kambing, maka qurban lebih didahulukan karena waktunya terbatas. Aqiqah bisa ditunda kapan saja. Ini menurut jumhur ulama dalam kerangka Hukum qurban dan aqiqah berdasarkan urgensi waktu.

Apa tujuan dari aqiqah dan qurban?

Tujuan qurban adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan meneladani ketaatan Nabi Ibrahim AS. Sedangkan tujuan aqiqah adalah ungkapan syukur atas kelahiran anak dan memohon perlindungan spiritual baginya. Keduanya memiliki makna spiritual dalam Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab, meski konteksnya berbeda.

Apa hukum aqiqah?

Hukum aqiqah menurut seluruh mazhab fikih adalah sunnah—bukan wajib. Namun, ini termasuk sunnah yang sangat dianjurkan karena dicontohkan langsung oleh Rasulullah saw. bagi cucunya. Jadi, meski tidak berdosa jika tidak dilakukan, melewatkan aqiqah berarti kehilangan barokah besar dalam Hukum Qurban dan Aqiqah Menurut Berbagai Mazhab.


Referensi

  • https://www.islamweb.net/en/article/8425/
  • https://www.sunnah.com/abudawud/16
  • https://www.almanar.com.lb/religious-questions/5321
  • https://quran.com/108