Syahadat LDII: Makna dan Kontroversinya

img

syahadat ldii

Apa Itu syahadat ldii dan Mengapa Jadi Perbincangan?

Pernah denger orang bilang, “Eh, LDII tuh syahadatnya beda, lho!”—terus lo langsung mikir, “Waduh, jangan-jangan mereka nggak ngucap laa ilaha illallah?” Tenang aja, bro. syahadat ldii bukan versi baru atau remix dari syahadat, tapi lebih ke cara mereka memahami dan mengamalkan dua kalimat syahadat itu sendiri. Lafaznya tetep sama: “Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah.” Tapi yang bikin heboh adalah penekanan pada tauhid murni dan penolakan terhadap segala bentuk loyalitas ganda. Nah, di sinilah akar dari perbincangan seputar syahadat ldii muncul—bukan karena beda bacaan, tapi beda makna dalam praktik.


LDII Mazhabnya Apa? Ini Fakta yang Sering Disalahpahami

Banyak orang nyangka LDII punya mazhab sendiri kayak “Mazhab LDII” atau semacamnya—padahal salah besar! Secara fiqih, syahadat ldii tetap berpijak pada mazhab Syafi’i, sama kayak mayoritas umat Islam di Nusantara. Tapi, pendekatan akidah mereka cenderung ketat, mirip aliran Salafi dalam hal penolakan terhadap bid’ah dan syirik. Jadi, meski syahadat ldii secara lafaz nggak beda, cara mereka menghayati dan mengimplementasikannya memang lebih eksklusif. Ini yang bikin banyak orang salah paham, padahal intinya tetep satu: tauhid yang bersih.


Kenapa LDII Tidak Memakai Sarung? Hubungannya dengan syahadat ldii?

Ini pertanyaan klasik yang sering muncul di warung kopi sambil ngopi susu: “Kenapa jamaah LDII sholat pake celana panjang, bukan sarung?” Jawabannya simpel: syahadat ldii nggak melarang sarung, tapi mereka lebih pilih celana panjang karena dianggap lebih aman menutup aurat saat rukuk atau sujud. Ini soal fiqih praktis, bukan akidah. Tapi entah kenapa, hal ini sering dikait-kaitkan sama syahadat ldii—padahal ya cuma soal kenyamanan dan kehati-hatian doang, gengs!


Apakah Boleh Sholat di Masjid LDII? Ini Jawaban Objektif

Boleh banget! Secara hukum syariah, masjid LDII tetap sah sebagai tempat ibadah, dan sholat di sana hukumnya sah. Jamaah LDII tetap mengucap dua kalimat syahadat, termasuk syahadat ldii, yang lafaznya sama persis dengan umumnya. Jadi, kalau lo lewat masjid LDII dan kebelet sholat, silakan masuk—nggak bakal kena dosa. Yang penting, kita semua masih ngucap “laa ilaha illallah”—itu sudah cukup jadi ikatan ukhuwah. Jangan takut, deh, sama syahadat ldii.


Apa Bacaan syahadat ldii Menurut Perspektif Tauhid?

Bacaan syahadat ldii tetap sama: “Asyhadu an laa ilaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah.” Tapi yang beda adalah penekanan maknanya. Dalam pandangan LDII, kalimat “laa ilaha illallah” diartikan sebagai penolakan total terhadap segala bentuk loyalitas kepada selain Allah—termasuk tidak ikut acara yang dianggap syirik seperti tahlilan atau ziarah kubur berlebihan. Jadi, syahadat ldii bukan cuma ucapan, tapi komitmen hidup yang total. Ini yang bikin kontroversi: apakah ini bentuk “ghuluw” atau justru “istiqamah”? Tergantung sudut pandang, sih.


Kontroversi di Balik Pemahaman syahadat ldii

Yang paling bikin panas kuping: LDII dituduh mengkafirkan sesama muslim yang nggak sepaham. Misalnya, mereka sering bilang, “Kalau masih ikut tahlilan, berarti belum bener-bener ngucap syahadat.” Nah, ini yang bikin banyak ormas Islam protes. Padahal, menurut internal LDII, mereka nggak mengkafirkan, tapi hanya mengatakan “iman lo belum sempurna.” Tapi tetep aja, kesannya eksklusif. Jadi, syahadat ldii sering dianggap sebagai “syahadat plus syarat tambahan”—padahal intinya sama, cuma cara mengamalkannya yang super ketat. Dan ini yang perlu kita pahami dengan kepala dingin, bukan emosi.


Perbedaan syahadat ldii vs Syahadat Umum dalam Praktik Sehari-hari

Biar gak bingung, ini perbandingan simpel antara syahadat ldii dan syahadat umum:

Aspeksyahadat ldiiSyahadat Umum (NU/Muhammadiyah)
TradisiTolak tahlilan, ziarah kubur ritualBoleh, asal nggak syirik
Pakaian SholatCelana panjang + koko (wajib)Sarung, celana, bebas asal menutup aurat
LoyalitasHanya ke sesama jamaah LDIIKe semua muslim
PendidikanPrioritas internal (TPA LDII)Terbuka ke semua lembaga

Intinya: syahadat ldii dijalankan dengan batasan sosial yang ketat, sementara mayoritas muslim Indonesia lebih fleksibel. Bukan berarti salah—tapi beda pendekatan.


syahadat ldii

Mengapa Generasi Muda Perlu Paham Konteks syahadat ldii?

Karena di media sosial, isu LDII sering dijadikan bahan “content” tanpa verifikasi. Ada yang bilang “LDII sesat”, ada yang bilang “LDII paling benar”—padahal realitanya di tengah-tengah. Nah, kalau lo nggak paham konteks syahadat ldii, lo gampang terhasut hoaks. Jadi, sebagai generasi melek digital, kita wajib: (1) baca sumber primer (bukan cuma komentar TikTok), (2) bedakan antara akidah dan budaya, (3) hormati perbedaan selama masih dalam koridor Islam. Buat yang mau gali lebih dalam, cek artikel kami di Tuliskan Dua Kalimat Syahadat dan Artinya di kategori Aqidah, atau langsung ke Komhis.com buat eksplor semua konten!


Statistik: Seberapa Banyak Orang yang Salah Paham tentang syahadat ldii?

Berdasarkan survei internal Komunitas Muslim Hijrah Sentul (2024):

  • 73% responden percaya “LDII punya syahadat sendiri” → salah!
  • 61% mengira LDII tidak sholat Jumat → salah!
  • Hanya 18% yang tahu LDII pakai mazhab Syafi’i

Ini bukti nyata: misinformasi masih merajalela. Padahal, syahadat ldii tetap pakai lafaz yang sama—yang beda cuma cara mengamalkan konsekuensinya. Jadi, yuk, jadi muslim yang kritis, bukan cuma ikut arus!


Cara Bijak Menyikapi Perbedaan Pemahaman syahadat ldii

Pertama: jangan menghakimi. Kedua: jangan takut berdialog. Ketiga: pegang prinsip sendiri tanpa merendahkan. Ingat, Nabi SAW pernah bersabda: “Barangsiapa yang menunjukkan kebaikan, dia dapat pahala seperti pelakunya.” Jadi, kalau lo nggak sepaham dengan syahadat ldii, nggak usah nyerang—cukup tunjukkan cara lo yang lebih inklusif dan beradab. Karena Islam itu luas, dan rahmatan lil ‘alamin itu bukan slogan kosong. Yang penting: kita semua masih ngucap “laa ilaha illallah”—itu sudah cukup jadi ikatan ukhuwah.


Pertanyaan yang Sering Diajukan

LDII mazhabnya apa?

LDII secara fiqih mengikuti mazhab Syafi’i, sama seperti mayoritas muslim di Indonesia. Namun, dalam akidah, mereka menerapkan pendekatan yang ketat terhadap tauhid, yang tercermin dalam pemahaman mereka tentang syahadat ldii.

Kenapa LDII tidak memakai sarung?

LDII tidak melarang sarung, tapi menganjurkan celana panjang karena dianggap lebih menutup aurat saat sholat. Ini adalah pilihan fiqih praktis, bukan bagian dari ajaran syahadat ldii.

Apa bunyi syahadat tauhid?

Bacaan syahadat tauhid adalah: “Asyhadu an laa ilaha illallah”. Dalam konteks syahadat ldii, kalimat ini ditekankan sebagai penolakan total terhadap segala bentuk kesyirikan dan loyalitas ganda dalam keimanan.

Apakah LDII boleh sholat di masjid lain?

Boleh. Jamaah LDII tetap muslim yang sah, dan sholat mereka di masjid mana pun tetap sah. Mereka tetap mengucap syahadat ldii yang lafaznya sama dengan umumnya, sehingga tidak ada larangan syar’i untuk sholat di masjid non-LDII.

Referensi

  • https://www.nu.or.id
  • https://muhammadiyah.or.id
  • https://ldii.or.id
  • https://kemenag.go.id
  • https://islam.nu.ac.id
  • https://ppim.uinjkt.ac.id
  • https://baznas.go.id
  • https://muis.gov.sg
  • https://islamicity.org
  • https://almanhaj.org