Hadits Menjaga Lisan Arab dan Artinya Dibongkar di Sini
- 1.
Asal-Usul dan Sanad Shahih Hadits Menjaga Lisan Arab dan Artinya dalam Kitab Hadis
- 2.
Terjemahan dan Makna Mendalam Teks Arab Hadits Menjaga Lisan
- 3.
Hadis yang Menekankan Pentingnya Berkata Baik atau Diam
- 4.
Mengapa Rasulullah Menganjurkan Umatnya untuk Menjaga Lisan?
- 5.
Tabel Perbandingan: Akibat Menjaga Lisan vs Mengumbar Kata Sembarangan
- 6.
Kaitan antara Menjaga Lisan dan Akhlak Mulia dalam Perspektif Islam
- 7.
Kesalahan Umum Saat Memahami Hadits Menjaga Lisan sebagai Larangan Berbicara Total
- 8.
Peran Menjaga Lisan dalam Membangun Keluarga Sakinah dan Masyarakat Harmonis
- 9.
Hubungan antara Hadits Menjaga Lisan dan Kewajiban Menuntut Ilmu
- 10.
Sumber Resmi dan Tempat Belajar Lebih Dalam tentang Hadits Menjaga Lisan Arab dan Artinya
Table of Contents
hadits menjaga lisan arab dan artinya
Pernah nggak sih lo nyesel ngomong sesuatu pas lagi emosi, trus malam-malam lo gelisah kayak kucing kehilangan ikan? Atau mungkin lo pernah nge-gosipin temen, eh pas ketemu mukanya jadi kaku kayak ketemu mantan? Nah, itu tandanya lo lupa sama hadits menjaga lisan arab dan artinya! Karena dalam Islam, lidah itu kayak pedang—kalo nggak dijagain, bisa bunuh reputasi, hubungan, bahkan akhirat lo sendiri. Nabi ﷺ pernah bilang: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” Ini bukan hadis buat orang pendiem—tapi buat semua orang yang pengen jaga hati dan hidupnya dari dosa yang nggak keliatan. Di Betawi, nenek-nenek dulu bilang: “Lidahmu itu kuncimu—kalo sembarangan dibuka, pintu neraka bisa kebuka!” Jadi, mari kita kupas tuntas—biar lo nggak cuma takut, tapi juga paham!
Asal-Usul dan Sanad Shahih Hadits Menjaga Lisan Arab dan Artinya dalam Kitab Hadis
Bagaimana bunyi hadits menjaga lisan yang paling shahih? Salah satunya diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” Sanadnya mutawatir—artinya sangat kuat dan nggak diragukan lagi. Dalam riwayat lain dari Tirmidzi, Nabi ﷺ bersabda: “Barangsiapa yang mampu menjamin (keselamatan) apa yang ada di antara dua rahangnya (lisan) dan apa yang ada di antara dua kakinya (kemaluan), maka aku jamin surga untuknya.” Ini beneran nusuk! Karena artinya, lidah itu salah satu kunci utama masuk surga. Di pesantren dulu, kiai bilang: “Shalat lo bisa batal kalo ngomong, tapi dosa lo bisa numpuk kalo ngomong sembarangan.” Jadi, hadits menjaga lisan arab dan artinya tuh bukan sekadar nasihat—itu peringatan dari langit!
Terjemahan dan Makna Mendalam Teks Arab Hadits Menjaga Lisan
Apa bahasa Arabnya menjaga lisan? Frasa umumnya adalah “حفظ اللسان” (hifdhul lisan). Tapi dalam hadis, redaksinya lebih spesifik: “مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ.” Ini bukan cuma perintah—tapi ujian iman. Kata “khairan” (baik) di sini nggak cuma soal kata positif, tapi juga kata yang bermanfaat: nasihat, ilmu, atau hiburan yang halal. Sementara “liyashmut” (diam) bukan berarti bisu—tapi diam saat nggak ada manfaat. Di Jawa, ada pepatah: “Witing ati kuwi ing lathi”—isi hati itu di lidah. Jadi, kalo lidah lo dijagain, hati lo otomatis bersih. Nah, ini makna sejati dari hadits menjaga lisan arab dan artinya: diam bukan lemah, tapi tanda kendali diri yang tinggi.
Hadis yang Menekankan Pentingnya Berkata Baik atau Diam
Hadis manakah yang menekankan pentingnya berkata baik atau diam? Itu adalah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah RA, seperti disebut di atas. Hadis ini jadi fondasi utama dalam etika komunikasi Islam. Bahkan dalam kitab Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi menempatkannya di bab pertama: “Menjaga Lisan”. Kenapa? Karena lisan itu cermin hati. Kalo lo sering nyinyir, ghibah, atau bohong—hati lo pasti kotor. Tapi kalo lo biasa diam atau ngomong yang baik—hati lo tenang, pikiran lo jernih. Di Sunda, ada ungkapan: “Ngomong teh mahal, diam teh gratis—tapi hasilna bisa langgeng.” Jadi, hadits menjaga lisan arab dan artinya tuh ngajarin lo jadi manusia yang penuh pertimbangan—bukan asal bunyi!
Mengapa Rasulullah Menganjurkan Umatnya untuk Menjaga Lisan?
Mengapa Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menjaga lisan? Karena lisan adalah sumber utama dosa yang sering dianggap remeh. Dalam riwayat, Nabi ﷺ bersabda: “Kebanyakan dosa anak Adam ada pada lisannya.” Ghibah, fitnah, dusta, celaan—semua itu lahir dari mulut yang nggak dijagain. Dan yang paling bahaya: dosa lisan itu sering dianggap “biasa”, padahal akibatnya bisa merusak ukhuwah, memecah belah, bahkan menghancurkan keluarga. Di Minang, ada pepatah: “Kato nan indak baso, baso nan indak kato”—yang beneran baik nggak perlu banyak omong. Jadi, anjuran hadits menjaga lisan arab dan artinya itu bukan buat bikin lo jadi orang kaku—tapi buat bikin lo jadi orang yang dipercaya, dihormati, dan dicintai Allah.
Tabel Perbandingan: Akibat Menjaga Lisan vs Mengumbar Kata Sembarangan
Biar makin jelas, ini perbandingan dampak nyata dari dua pilihan hidup:
| Situasi | Menjaga Lisan (Sesuai Hadits) | Mengumbar Kata Sembarangan |
|---|---|---|
| Dengar gosip | Diam, nggak nyebar | Nge-share ke grup WA, jadi bahan fitnah |
| Emosi berat | Shalat, tarik napas, simpan amarah | Ngetik status toxic, nyesel besoknya |
| Lihat cela orang | Tutup mulut, doain dia berubah | Nge-judge di medsos, jadi viral negatif |
| Kesal sama tetangga | Bicara baik-baik, atau diam | Nyinyir di depan anak-anak, rusak hubungan |
Kaitan antara Menjaga Lisan dan Akhlak Mulia dalam Perspektif Islam
Dalam Islam, hadits menjaga lisan arab dan artinya itu nggak cuma soal nggak bohong—tapi juga soal akhlak mulia. Karena lisan yang baik lahir dari hati yang bersih. Nabi ﷺ bilang: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.” Dan akhlak itu dimulai dari lidah. Kalo lo bisa nggak nge-gosip, nggak nyela, dan nggak marah-marah—itu tanda iman lo kuat. Di Aceh, ada istilah “meu ngon meugat”—kami dan kamu, jaga mulut. Ini bukan larangan ngomong—tapi larangan ngomong yang nggak perlu. Jadi, hadits menjaga lisan arab dan artinya tuh kayak pelatihan spiritual harian: setiap kali lo mau ngomong, tanya diri: “Apakah ini bermanfaat? Apakah ini benar? Apakah ini baik?” Kalo nggak—mending lo diem!
Kesalahan Umum Saat Memahami Hadits Menjaga Lisan sebagai Larangan Berbicara Total
Banyak yang salah kaprah—ngira hadits menjaga lisan arab dan artinya berarti “jangan pernah ngomong, jangan pernah protes, jangan pernah bersuara.” Padahal salah besar! Diam itu buat hal-hal yang nggak perlu—bukan buat kezaliman. Nabi ﷺ aja nggak diam pas liat kemungkaran! Justru beliau bersabda: “Barangsiapa di antara kalian melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubah dengan tangannya….” Jadi, hadits menjaga lisan arab dan artinya itu soal filter, bukan soal mati suara. Kalo lo diam pas liat korupsi, itu dosa. Tapi kalo lo diam pas dengar gosip, itu pahala. Di Sunda, ada pepatah: “Diam teh kudu pinter—diam di tempat anu bener, teu di tempat anu salah.” Tepat banget!
Peran Menjaga Lisan dalam Membangun Keluarga Sakinah dan Masyarakat Harmonis
Kalo setiap anggota keluarga menjaga lisannya, rumah jadi kayak surga kecil—tenang, penuh cinta, dan nggak ada drama. Sebaliknya, kalo mulutnya tajam, rumah jadi medan perang. Nabi ﷺ ngajarin: “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya”—dan kebaikan itu dimulai dari kata-kata. Di era medsos, menjaga lisan juga penting buat hindari ujaran kebencian yang bikin masyarakat retak. Di Jawa, kiai bilang: “Lidahmu itu cermin rumahmu—kalo kasar, rumahmu jadi gelap.” Jadi, hadits menjaga lisan arab dan artinya tuh nggak cuma buat diri sendiri—tapi juga buat kebaikan kolektif.
Hubungan antara Hadits Menjaga Lisan dan Kewajiban Menuntut Ilmu
Menjaga lisan bukan berarti nggak boleh belajar atau mengajar. Justru, kalo lo menuntut ilmu, lo wajib ngomong—tapi yang bermanfaat! Dalam hadits menjaga lisan arab dan artinya, “berkata baik” itu termasuk ngasih nasihat, ilmu, atau dakwah yang santun. Di kategori Sunnah, ada analisis mendalam 10 hadits tentang menuntut ilmu—yang juga menekankan pentingnya menyampaikan ilmu dengan lisan yang jujur dan lembut. Jadi, ilmu dan lisan itu dua sisi mata uang: kalo ilmu lo banyak tapi lisannya jahat, ilmu lo jadi sia-sia. Tapi kalo ilmu lo sedikit tapi lisannya baik—Allah tetap angkat derajat lo!
Sumber Resmi dan Tempat Belajar Lebih Dalam tentang Hadits Menjaga Lisan Arab dan Artinya
Buat lo yang pengen paham betul konteks, sanad, dan penerapan hadits menjaga lisan arab dan artinya, jangan cuma baca cuplikan di story Instagram. Lo bisa mulai dari Komunitas Muslim Hijrah Sentul—di sana ada banyak bahan kajian yang akurat dan aplikatif. Atau, kalo lo pengen dalamin hadis-hadis tentang aurat dan batasan pergaulan—yang juga nyambung ke etika berbicara—jangan lewatkan Hadits Menutup Aurat Arab Dan Artinya Penting Banget Ini. Karena menjaga lisan itu bagian dari menjaga kesucian diri—dan itu wajib buat semua muslim, laki-laki maupun perempuan!
Pertanyaan Umum tentang Hadits Menjaga Lisan Arab dan Artinya
Bagaimana bunyi hadits menjaga lisan?
Salah satu bunyi hadits menjaga lisan yang shahih adalah: “Barangsiapa yang mampu menjamin (keselamatan) apa yang ada di antara dua rahangnya dan dua kakinya, maka aku jamin surga untuknya.” (HR. Bukhari). Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga lisan dalam keimanan seorang muslim.
Apa bahasa Arabnya menjaga lisan?
Bahasa Arabnya menjaga lisan adalah “حفظ اللسان” (hifdhul lisan). Dalam konteks hadits menjaga lisan arab dan artinya, frasa ini mencakup larangan berbohong, ghibah, fitnah, dan segala ucapan yang tidak bermanfaat.
Hadis manakah yang menekankan pentingnya berkata baik atau diam?
Hadis yang paling terkenal tentang ini adalah riwayat Bukhari dan Muslim: “مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ” yang artinya: “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” Ini adalah inti dari hadits menjaga lisan arab dan artinya.
Mengapa Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menjaga lisan?
Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menjaga lisan karena lisan adalah sumber utama dosa yang sering dianggap remeh—seperti ghibah, dusta, dan fitnah. Dalam hadits menjaga lisan arab dan artinya, disebut bahwa kebanyakan dosa manusia berasal dari lidah, sehingga menjaganya adalah kunci keselamatan di dunia dan akhirat.
Referensi
- https://sunnah.com/bukhari/78
- https://sunnah.com/riyadussalihin/1
- https://islamweb.net/en/article/135892

